Pindah Menggunakan VSCODE

Pertama kali mendengar Visual Studio Code bayangan saya langsung teringat dengan IDE semasa kuliah yaitu Visual Studio .Net yang cukup berat alias makan resource yang lumayan.Oleh karena itu saya belum terlalu tertarik terlebih saya tidak begitu yakin produk dari Microsoft bisa berjalan mulus di laptop Debian saya.

Singkat cerita, salah satu rekan kerja di kantor terdahulu menggunakan VSCode dan menurut testimoninya VSCode ini cocok dan nyaman untuk digunakan. Sebelumnya saya pengguna sublime dan berpindah ke Atom jadi saat buka situs VSCode itu hanya sebagai referensi saja dan coba-coba. Eh ternyata malah pindah permanen.

Ada beberapa hal yang memutuskan saya berpindah dari Atom ke VSCode.

“Ringan”

Walaupun sama -sama berupakan aplikasi Desktop  yang dibangun menggunakan javascript dan berjalan menggunakan Electron. Tapi saya rasa VScode jauhh lebih ringan dibandingkan dengan Atom. Saat menggunakan Atom ketika membuka berkas yang cukup besar ada jeda untuk hang terlebih dahulu, tidak lama memang tapi cukup membuat kesal. Menurut Software Monitor di laptop saya Ini lah perbandingan penggunaan memory kedua aplikasi.

Memori Pada Atom
Pada Code

Jika melihat pada gambar di atas penggunaan memori VSCode lebih besar dibandingkan Atom, tapi dalam penggunaanya atom terasa jauh lebih berat dibandingkan dengan VSCode. Saya juga heran.

Integrasi Dengan GIT

Atom pun sebenarnya bisa dengan mudah integrasi dengan GIT namun saya merasa VSCode cukup menang di bagian ini. Ini contoh saat saya mengubah satu berkas, lalu bisa langsung dicek perubahan yang sebenarnya kita lakukan.

Integrasi dengan Terminal

Di Atom pun ada plugin tambahan inline terminal, dan bagi saya fitur inline terminal ini sangat membantu, bagi para developer web yang menggunakan Laravel, pasi tidak asing dengan CLI seperti php artisan misalnya. Dengan adanya terminal yang terintegrasi langsung di editor gak perlu sering-sering alt+tab. Saya belum pernah mencoba integrasi terminal ini di Windows, jadi saya tidak tahu apakah akan langsung bekerja sebaik sama seperti saat di Debian.

PLUGIN

Balik lagi kedua aplikasi pun memungkinkan kita untuk memasang plugin-plugin tambahan seperti beberapa snippets yang membantu dalam masa pengembangan atau produksi aplikasi.

Sebnarnya ada fitur lainnya seperti Debug namun saya sendiri belum pernah mencoba menggunakan fitur yang satu ini jadi saya gak bisa banyak nulis.

Akhir kata penggunaan editor ini akan kembali lagi terhadap pilihan masing-masing. Sampai saaat ini ada beberapa teman yang masih setia menggunakan sublime atau ada yang sudah “anti” dengan editor dan terlanjur jatuh hati dengan vim dan sejenisnya.

Tapi, bagi saya sendiri  merasa VSCode lebih ringan dari Atom, dan juga Free jika dibandingkan dengan Sublime. Nah bagi yang ingin mencoba silahkan kunjungi saja situs ofisialnya di https://code.visualstudio.com/.